Sel. Jul 15th, 2025
Kevin De Bruyne merayakan gol kemenangan Manchester City ke gawang Wolverhampton, 2 Mei 2025 di Etihad Stadium.Selebrasi Kevin De Bruyne usai mencetak gol tunggal kemenangan Manchester City atas Wolverhampton Wanderers dalam laga Premier League, Jumat malam.

Bukti Nyata! De Bruyne Jadi Pahlawan, Manchester City Bungkam Wolves 1-0

Laga Sarat Tekanan di Etihad Stadium

Manchester City menjamu Wolverhampton Wanderers di Etihad Stadium pada 2 Mei 2025 dalam laga yang terlihat sederhana dari skor akhir—hanya 1-0. Namun jika kamu menyaksikan jalannya pertandingan, drama dan tensi tinggi langsung terasa sejak menit awal. City memang menang, tapi kemenangan ini tidak diraih dengan mudah. Dan satu sosok jadi penentu: Kevin De Bruyne.

Gol tunggal De Bruyne bukan sekadar penentu tiga poin, tetapi simbol dominasi dan pengalaman seorang maestro. Ia menunjukkan mengapa gelar “midfield architect” layak ia sandang hingga saat ini.

De Bruyne Masih Jadi Jantung Permainan City

Di usia 33 tahun, performa Kevin De Bruyne belum menurun. Ia menunjukkan sentuhan kelas dunia sepanjang pertandingan. Gol yang ia ciptakan berasal dari umpan Jeremy Doku yang sebenarnya sulit dijangkau. Tapi De Bruyne berhasil membaca arah bola, mengontrol dengan satu sentuhan, lalu melepaskan tembakan ke tiang jauh yang tak mampu dijangkau José Sá.

Selama 90 menit, ia aktif turun ke lini tengah membantu build-up, menyambung lini pertahanan ke serangan, serta mengatur arah permainan. Dengan gol ini, De Bruyne mencetak kontribusi gol ke-250-nya di bawah Pep Guardiola—setara Lionel Messi saat di Barcelona.

Rumor kepindahannya ke MLS atau Liga Arab semakin kencang. Namun, bagi fans City, penampilan malam itu seolah jadi peringatan: masih ada banyak alasan untuk mempertahankannya satu musim lagi.

Wolves Tampil Berani Tapi Minim Penyelesaian

Jangan salah sangka, skor 1-0 bukan karena Wolves tampil buruk. Mereka disiplin di lini tengah dan membuat City frustasi di banyak momen. Joao Gomes dan Mario Lemina tampil solid menekan alur umpan City dan menjaga area tengah tetap padat.

Di babak kedua, Wolves mulai berani melancarkan serangan balik. Matheus Cunha mendapat dua peluang emas, salah satunya membentur tiang. Ederson harus bekerja keras menahan beberapa tembakan dari luar kotak penalti. Tapi sayangnya, finishing menjadi masalah utama bagi Wolves.

Pelatih Vitor Pereira mengakui dalam konferensi pers, “Kami bermain bagus, tapi keputusan akhir kami buruk. Kami harus belajar lebih klinis.” Dan memang, usaha bagus saja tidak cukup jika tidak dikonversi menjadi gol.

Kemenangan Krusial untuk Posisi Klasemen

Kemenangan ini membawa City naik ke posisi tiga klasemen, melewati Chelsea dan Newcastle sementara. Dengan sisa tiga pertandingan, peluang mereka untuk finis di zona Liga Champions terbuka lebar. City tak dominan dalam jumlah peluang, tapi mereka efektif dalam memanfaatkan celah.

Wolves, meski menampilkan performa meningkat, harus lebih tajam jika ingin bertahan di papan tengah. Satu kesalahan di fase akhir musim bisa membuat mereka terlempar ke posisi bawah klasemen, mengingat persaingan di zona menengah sangat ketat.

Penutup: De Bruyne Bukan Sekadar Legenda

Pertandingan ini bukan cuma tentang tiga poin, tapi juga tentang pembuktian. De Bruyne tampil sebagai pahlawan, bukan hanya karena golnya, tapi karena pengaruh besar yang ia tunjukkan sepanjang laga. Dalam pertandingan penting seperti ini, kehadirannya menjadi penentu arah permainan City.

Jika ini benar musim terakhirnya di Manchester City, maka malam itu di Etihad adalah pengingat: kita sedang menyaksikan salah satu gelandang terbaik dalam sejarah Premier League. De Bruyne bukan hanya legenda City—dia simbol ketenangan, visi, dan kualitas kelas dunia.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *