Sab. Jun 7th, 2025
Shin Tae-yong memberi instruksi keras ke pemain Timnas IndonesiaSTY kritik keras pemain Liga 1 usai kalah dari Irak

STY Sindir Pemain Liga 1: Banyak yang Lemah Mental, Gimana Mau Lolos Piala Dunia?

Jakarta, TribunBola.co.id – Pelatih Timnas Indonesia, Shin Tae-yong (STY), kembali melontarkan kritik pedas kepada para pemain Liga 1 usai laga uji coba terakhir jelang laga krusial Kualifikasi Piala Dunia 2026. Dalam sesi wawancara pasca latihan di Jakarta, STY menyebut banyak pemain lokal yang memiliki kualitas teknik cukup, namun masih lemah dalam aspek mentalitas saat berada di bawah tekanan.

“Saya tidak masalah dengan teknik atau fisik mereka, tapi saat harus ambil keputusan di situasi genting, banyak yang ragu dan gugup. Ini masalah mental, bukan taktik,” ujar STY kepada media.

Pernyataan ini langsung menyita perhatian publik sepak bola nasional. Banyak yang menilai sindiran STY adalah bentuk keprihatinan atas performa pemain Liga 1 yang kerap tampil bagus di klub, namun tidak mampu menunjukkan kualitas serupa ketika berseragam Garuda.

⏳ Menjelang Laga Penentu Kualifikasi

Timnas Indonesia tengah bersiap menghadapi laga hidup-mati melawan Filipina dalam lanjutan Grup F. Kekalahan dari Irak 0-2 di GBK pada pekan lalu membuat peluang lolos bergantung penuh pada hasil pertandingan terakhir. STY pun mengisyaratkan akan mengandalkan pemain-pemain dengan mental kuat, terlepas dari status bintang di klub mereka.

“Saya butuh pemain yang bisa jaga fokus dan tidak panik. Laga nanti bukan soal gaya, tapi soal nyali,” tambah pelatih asal Korea Selatan itu.

Dengan kondisi ini, tekanan pun mengarah ke pemain-pemain Liga 1 yang tampil buruk saat diberi kesempatan, terutama sektor pertahanan dan gelandang. Beberapa nama bahkan dikabarkan akan dicoret dari daftar utama untuk laga berikutnya.

🔥 Siapa Saja yang Kena Sindir STY?

Meski tidak menyebut nama secara langsung, pengamat sepak bola nasional menilai bahwa beberapa pemain Liga 1 yang tampil mengecewakan saat melawan Irak kemungkinan besar menjadi target kritik STY. Nama-nama seperti Rizky Ridho, Yakob Sayuri, hingga Marc Klok sempat tampil di bawah performa terbaiknya dan terlihat kehilangan kontrol ketika ditekan lawan.

“Kita bisa lihat siapa yang gagal mengangkat permainan tim saat tertinggal. STY memang tidak pernah mengumbar nama, tapi dia ingin pemain tahu diri,” ungkap mantan pelatih Persita, Widodo Cahyono Putro, dalam sesi analisis TVRI.

Kritik ini menjadi sinyal kuat bahwa pelatih asal Korea Selatan itu hanya akan memilih pemain yang mampu menjaga ketenangan dan tampil konsisten di level internasional—bukan sekadar jago kandang di kompetisi domestik.

🏟️ Respons Klub Liga 1: “Kami Siap Perbaiki”

Menanggapi pernyataan STY, sejumlah klub Liga 1 pun angkat suara. Manajemen Persib Bandung menyatakan bahwa pihaknya memahami maksud sang pelatih dan akan mengevaluasi aspek mental para pemain muda yang dipanggil ke timnas.

“Kami menganggap ini sebagai masukan penting. Pemain harus sadar bahwa level timnas itu berbeda. Ada tekanan besar dan ekspektasi tinggi,” ujar Teddy Tjahjono, Direktur Persib.

Sementara itu, pelatih PSIS Semarang, Gilbert Agius, mengaku STY tidak sepenuhnya salah. Ia menyebut bahwa di Liga 1, banyak pemain terlalu nyaman karena minim tekanan dan lingkungan kompetitif belum setara dengan level internasional.

“Kami sering memberi ruang terlalu besar kepada pemain, karena tekanan dari suporter dan media juga tidak sekeras di luar negeri. Itu harus diubah jika ingin ekspor pemain ke luar,” katanya.

🧠 Efek Sindiran STY ke Psikologis Pemain

Pernyataan Shin Tae-yong bukan sekadar kritik teknis, tapi juga menjadi ujian mental bagi para pemain muda yang tengah berjuang mengamankan tempat di skuad utama. Menurut psikolog olahraga Dr. Aji Prasetyo, komentar pelatih publik seperti ini bisa berdampak dua arah—memotivasi atau justru menjatuhkan.

“Jika pemain punya self-esteem yang kuat, ini akan menjadi pemicu untuk tampil lebih baik. Tapi jika tidak, mereka bisa kehilangan kepercayaan diri dan malah tampil lebih buruk,” ujar Aji dalam diskusi Forum Olahraga Indonesia.

Ia juga menekankan pentingnya peran pelatih mental dalam tim nasional, apalagi jelang laga penentu seperti kontra Filipina. “Kondisi psikologis bisa lebih menentukan daripada sekadar teknik, apalagi saat menghadapi tekanan besar dari publik dan media,” tambahnya.

📝 Prediksi Starter vs Filipina: Pemain Liga 1 Terancam?

Menjelang laga lawan Filipina, prediksi starting XI Timnas Indonesia mulai bermunculan. Dari susunan yang beredar, sejumlah pemain Liga 1 yang tampil buruk saat lawan Irak kemungkinan besar akan tergeser. STY dikabarkan lebih percaya pada pemain-pemain naturalisasi yang bermain di luar negeri dan sudah terbiasa dengan intensitas tinggi.

  • Asnawi Mangkualam (K League)
  • Jordi Amat (Malaysia Super League)
  • Thom Haye dan Rafael Struick (Eredivisie)

Beberapa pemain Liga 1 yang kemungkinan tetap dipertahankan antara lain Witan Sulaeman dan Ricky Kambuaya, yang dinilai punya mental bertanding lebih baik dan pengalaman lebih matang di panggung internasional.

🚨 Sindiran atau Alarm Perubahan?

Komentar tajam Shin Tae-yong bisa jadi bukan sekadar sindiran, tapi juga bentuk keputusasaan akan stagnasi kualitas pemain lokal yang tak kunjung naik kelas secara mental. Dalam beberapa tahun terakhir, Timnas Indonesia memang menunjukkan progres di bawah STY, tapi tetap sulit bersaing konsisten di level Asia jika fondasi mental pemain masih rapuh.

Beberapa analis menilai, ucapan STY bisa menjadi awal dari reformasi yang lebih mendasar. Tidak hanya menyentil pemain, tapi juga sistem pembinaan usia dini, kompetisi domestik, hingga cara kerja klub dalam membentuk karakter pemain.

“Kalau pelatih sekelas STY sudah frustrasi dengan mental pemain, ini harus jadi wake-up call buat federasi dan klub. Pemain muda jangan cuma dibentuk secara teknik, tapi juga disiapkan menghadapi tekanan,” kata Bima Sakti, mantan pelatih Timnas U-16.

🇮🇩 Lolos ke Piala Dunia Masih Mimpi?

Indonesia masih punya peluang lolos ke babak berikutnya di Kualifikasi Piala Dunia 2026, tapi bukan dengan performa dan mental seperti saat melawan Irak. STY tahu betul, untuk bersaing di Asia bahkan dunia, pemain harus punya keberanian, bukan hanya skill.

“Saya percaya pemain Indonesia punya potensi, tapi mental juara tidak bisa diajarkan dalam satu malam. Harus dibentuk lewat tekanan, disiplin, dan komitmen tinggi,” ujar STY menutup sesi wawancara dengan tegas.

Saatnya semua pihak bersatu: pemain, pelatih, klub, federasi, dan suporter—untuk membentuk tim nasional yang tak hanya berbakat, tapi juga tangguh secara mental. Karena untuk lolos ke Piala Dunia, butuh lebih dari sekadar mimpi—butuh mental petarung.


Artikel ini disusun khusus untuk TribunBola.co.id. Semua opini bersifat analisis profesional dan bebas dari unsur perjudian.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *