Sab. Jun 7th, 2025
Shin Tae-yong dan Marselino Ferdinan saat membela Timnas Indonesia, dengan kutipan soal performa yang belum konsisten.Pelatih Timnas Indonesia Shin Tae-yong bersama Marselino Ferdinan, dalam sorotan publik usai komentar soal inkonsistensi performa pemain muda tersebut.

Shin Tae-yong Blak-blakan Soal Marselino: ‘Main Bagus, Tapi Belum Konsisten!’

Jakarta – Pelatih Timnas Indonesia, Shin Tae-yong, kembali menjadi sorotan setelah komentarnya yang jujur soal performa rising star Marselino Ferdinan. Dalam sesi konferensi pers pasca latihan tim, pelatih asal Korea Selatan itu menyatakan bahwa Marselino punya potensi luar biasa, namun inkonsistensi masih jadi masalah utama.

“Dia (Marselino) punya talenta, visi bermain, dan nyali. Tapi untuk tampil bagus secara stabil di level internasional, dia belum sampai ke sana,” ungkap Shin kepada media. Ucapan ini sontak memancing berbagai reaksi, terutama dari pecinta sepak bola tanah air yang sudah menaruh harapan besar pada gelandang muda kelahiran Jakarta tersebut.

Performa Marselino di Mata Pelatih

Sejak debutnya di Timnas Senior, Marselino memang mencuri perhatian. Performa impresif di SEA Games, Piala AFF, hingga kualifikasi Piala Asia, menjadikan namanya langganan line-up utama Shin. Namun, inkonsistensi masih jadi “PR” besar.

Menurut pengamatan tim analis TribunBola.co.id, permasalahan Marselino bukan pada skill individu atau teknik dasar. Justru sebaliknya, secara teknikal dia unggul dibanding gelandang lokal lain seusianya. Masalah utama terletak pada stabilitas performa: satu laga bisa jadi man of the match, tapi di laga berikutnya justru minim kontribusi.

Statistik Tidak Bisa Bohong

Pada empat pertandingan terakhir bersama Timnas, Marselino hanya mencatatkan satu assist dan tidak mencetak gol. Rata-rata akurasi umpan menurun dari 86% menjadi 74% dalam dua laga terakhir. Data ini memperkuat klaim Shin Tae-yong soal ketidakstabilan performanya.

Namun, tidak adil juga jika hanya melihat angka tanpa konteks. Beberapa laga di antaranya dimainkan melawan tim kuat seperti Irak dan Vietnam, yang notabene memberi tekanan tinggi kepada lini tengah Indonesia. Di laga seperti itu, pengalaman dan kontrol emosi menjadi kunci — dua hal yang belum sepenuhnya dimiliki Marselino di usia 20 tahun.

Marselino Butuh Mentor dan Jam Terbang

Dalam dunia sepak bola, talenta saja tak cukup. Dibutuhkan pengalaman, kontinuitas, dan kedewasaan taktik. Analis kami berpendapat bahwa Marselino seharusnya diberi kesempatan bermain di luar negeri secara reguler, bukan hanya menjadi cadangan seperti di KMSK Deinze, Belgia.

“Kalau Marselino ingin menjadi pemain yang konsisten, dia harus bermain tiap pekan. Kalau hanya duduk di bangku cadangan, kemampuannya bisa stagnan. Itu berbahaya bagi Timnas juga,” kata salah satu pengamat sepak bola lokal.

Tekanan Mental di Usia Muda

Usia muda di dunia sepak bola memang menjanjikan, tapi juga penuh tekanan. Marselino masuk ke spotlight terlalu cepat — dari pemain muda Persebaya, hingga menjadi tulang punggung Timnas U-23 dan Senior. Semua terjadi dalam waktu kurang dari 3 tahun.

Tekanan ini tak hanya datang dari pelatih, tapi juga dari ekspektasi publik dan media sosial. Dalam beberapa momen, ekspresi Marselino di lapangan menunjukkan frustrasi saat permainannya tidak berjalan mulus. Ini sinyal bahwa aspek psikologis dan emosi juga butuh perhatian serius.

“Kalau masih muda dan terlalu cepat naik, potensi jadi turun pun cepat kalau tidak ada pengendalian emosi dan mental,” ujar salah satu psikolog olahraga yang rutin mendampingi atlet-atlet elite Indonesia.

Ekspektasi vs Realitas

Banyak pihak yang membandingkan Marselino dengan bintang muda Asia lainnya seperti Takefusa Kubo (Jepang) atau Lee Kang-in (Korea Selatan). Namun perbedaan sistem pembinaan dan atmosfer kompetisi membuat perbandingan ini terasa timpang.

Di Jepang dan Korea, pemain muda sejak usia 17–18 tahun sudah rutin bermain di level top flight (J-League, K-League, atau Eropa) secara konsisten. Sementara Marselino masih berjuang mendapat menit bermain di Belgia. Ini memperlihatkan pentingnya lingkungan kompetitif dan sistem pembinaan yang matang untuk mendukung konsistensi pemain muda.

Shin Tae-yong Punya Alasan Strategis

Kritik Shin Tae-yong kepada Marselino juga bisa dilihat dari sudut pandang strategi jangka panjang. Sebagai pelatih dengan visi besar untuk Piala Dunia 2026 dan Piala Asia mendatang, Shin butuh pemain yang bisa tampil baik bukan hanya 1–2 laga, tapi sepanjang turnamen.

“Kalau saya puji dia terus, dia bisa lengah. Tapi kalau saya tekan, dia akan belajar dan jadi lebih kuat. Dia masih muda, dan masih bisa berkembang banyak,” ucap Shin Tae-yong dalam wawancara dengan media Korea Selatan awal Mei lalu.

Pendekatan Shin ini disebut-sebut sebagai bagian dari mental conditioning yang sering digunakan di tim-tim elite. Bukan menjatuhkan, tapi membentuk ketangguhan mental.

Timnas Butuh Marselino yang Matang

Tak bisa dipungkiri, Timnas Indonesia sangat membutuhkan pemain seperti Marselino. Kreativitasnya, kemampuan menggiring bola, dan insting menyerangnya adalah aset langka di skuad Garuda. Namun, untuk membawa Indonesia ke level Asia bahkan Dunia, dibutuhkan versi Marselino yang lebih tenang, lebih disiplin, dan lebih konsisten.

Analis kami menyebut, jika Marselino bisa menemukan stabilitas permainan dan mendapat kepercayaan penuh dari klub luar negeri, dia berpotensi menjadi jenderal lini tengah Timnas hingga satu dekade ke depan.

Bandingkan dengan Pemain Muda Asia Lainnya

Untuk mengukur perkembangan Marselino, tak bisa dilepaskan dari perbandingan dengan talenta muda lain di kawasan Asia Tenggara maupun Asia Timur. Misalnya, Arhan Pratama yang sempat menimba ilmu di Jepang, atau pemain Vietnam seperti Nguyen Quang Hai yang mencoba peruntungan di Eropa.

Namun, ada satu pembeda utama — kontinuitas bermain. Marselino, meski berada di klub Eropa, belum konsisten tampil sebagai starter. Ini berdampak langsung pada jam terbang, kebugaran pertandingan, dan ritme permainan yang sangat penting bagi seorang gelandang kreatif.

Jika ingin bersaing dengan pemain seperti Lee Kang-in yang kini jadi andalan PSG dan timnas Korea Selatan, Marselino harus punya ritme kompetisi tinggi dan tekanan level elite setiap pekan. Bukan hanya latihan, tapi pertandingan sesungguhnya.

Peran KMSK Deinze dan Dilema Pemain Muda

Sejak bergabung dengan KMSK Deinze di Belgia, banyak harapan mengiringi Marselino. Namun kenyataannya, menit bermainnya belum sesuai ekspektasi. Sebagian besar waktunya dihabiskan di bangku cadangan, atau hanya tampil sebagai pemain pengganti.

Ini menunjukkan bahwa pindah ke luar negeri bukan jaminan sukses. Klub luar hanya akan memainkan pemain muda jika memang terbukti lebih baik dari pemain senior lainnya. Kompetisi internal sangat ketat, apalagi di Eropa yang sangat result-oriented.

Shin Tae-yong menyadari hal ini. Itulah kenapa dia menekankan agar Marselino tidak cepat puas hanya karena bermain di luar negeri. “Saya ingin dia kerja keras, tidak hanya bangga main di luar, tapi bisa jadi pemain inti di sana,” ujar STY dalam satu kesempatan.

Perlunya Peran Agen dan Manajemen Karier

Di balik performa pemain, ada faktor lain yang tak kalah penting: manajemen karier dan keputusan agen. Banyak pemain muda Indonesia yang ‘tersesat’ karena salah pilih klub, hanya demi status main di Eropa.

Marselino harus lebih selektif ke depan. Jika Deinze tak memberi ruang bermain cukup, maka mencari klub lain — entah di Belgia, Belanda, Jepang, atau Korea — harus jadi opsi yang dipertimbangkan serius. Yang utama adalah kesempatan bermain dan pengembangan kemampuan.

Timnas Harus Menjadi Cermin Evaluasi

Pelatih Timnas dan staf teknis harus terus melakukan evaluasi, bukan hanya soal kualitas teknis, tapi juga ritme pertandingan pemain di klub. Pemain yang jarang bermain kompetitif rentan kehilangan ketajaman dan stamina saat tampil di laga internasional.

Jika ingin Marselino menjadi ‘otoritas’ lini tengah Indonesia di Piala Asia dan Kualifikasi Piala Dunia, maka saat ini adalah waktu yang tepat baginya untuk memperbaiki semua aspek: dari fisik, mental, hingga manajemen karier profesionalnya.

Shin Tae-yong, Kritik Konstruktif dan Harapan Besar

Pernyataan Shin Tae-yong soal Marselino bukan bentuk kekecewaan, melainkan sinyal tegas bahwa pelatih asal Korea Selatan itu masih menaruh kepercayaan penuh kepada pemain muda andalannya. Kritik terbuka semacam ini umum terjadi di dunia sepak bola profesional, terutama untuk mendorong pemain keluar dari zona nyaman.

Shin paham, dengan kompetisi yang makin ketat di level Asia, Timnas Indonesia butuh pemain yang bukan cuma bertalenta, tapi juga siap mental dan punya jam terbang tinggi. Marselino berada di jalur yang benar, tapi harus mempercepat langkahnya agar tidak tertinggal dari pemain Asia lain yang sudah lebih matang dan konsisten di usia yang sama.

Marselino Masih Jadi Andalan Masa Depan

Terlepas dari inkonsistensinya, Marselino tetap merupakan salah satu prospek paling cerah yang dimiliki sepak bola Indonesia saat ini. Gelandang serang dengan visi bermain, dribel kuat, dan kemampuan eksekusi bola mati seperti dia masih sangat langka.

Dalam usia yang baru 20 tahun, ia masih memiliki waktu yang cukup panjang untuk berkembang. Dengan pembinaan yang tepat, dukungan tim pelatih, dan langkah karier yang bijak, Marselino bisa menjadi salah satu ikon sepak bola nasional di era baru Timnas Indonesia.

Kata Akhir: Konsistensi Adalah Kunci

Konsistensi adalah mata uang utama dalam sepak bola modern. Talenta besar tanpa stabilitas performa hanya akan berujung pada potensi yang tak pernah maksimal. Komentar Shin Tae-yong harus dilihat sebagai alarm positif bagi Marselino dan generasi muda lainnya.

Bukan untuk menjatuhkan, tapi untuk membentuk karakter dan mental sebagai pemain top. Marselino berada di panggung besar — tugasnya sekarang adalah membuktikan bahwa dirinya layak untuk tetap berdiri di sana, bukan hanya karena talenta, tapi juga karena dedikasi dan kerja keras yang tak pernah putus.

TribunBola.co.id

Terus ikuti kabar terbaru seputar Timnas Indonesia, pemain muda potensial, dan analisis mendalam dari para pengamat bola profesional hanya di TribunBola.co.id.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *